peluang usaha

Thursday, February 23, 2012

Varises pada Miss V

Dokter, bagaimana mengatasi atau menghilangkan varises vagina? Apakah ada obat-obat yang harus dikonsumsi?

Jawab :
Varises merupakan pelebaran pembuluh darah vena (pembuluh darah balik) karena adanya tekanan yang terjadi terus menerus. Ini bisa diibaratkan seperti balon yang diisi cairan lalu diberi tekanan. Tentu balon tersebut akan menggelembung. Bila balon ini terus menerus diberi tekanan, lama-lama ia bisa pecah. Bila balon ini tekanannya dikurangi, maka ia tidak bisa balik pada keadaan semula.

Begitu pula dengan varises. Varises terjadi karena tekanan pada pembuluh darah vena. Kondisi ini dapat menyebabkan katup pembuluh darah rusak. Gejala yang biasanya dirasakan penderita adalah pegal-pegal pada daerah yang terkena tekanan.

Mengenai varises pada miss V atau vagina, biasanya terjadi karena kehamilan atau terdapat tumor. Bila itu dialami ibu yang sedang hamil, maka pengobatannya sebaiknya dilakukan oleh bidan atau dokter spesialis kandungan. Nanti mereka akan memberi suntikan pada pembuluh darah yang terkena varises. Suntikan itu dimaksudkan untuk mematikan pembuluh darah yang bermasalah tersebut. Selanjutnya tubuh secara alami akan membentuk pembuluh darah baru.

Selama proses pembentukan pembuluh darah baru, pasien perlu melakukan tindakan khusus. Misalnya, bila varises terjadi pada kaki, maka kaki akan diikat. Bila varises terjadi pada vagina, biasanya pasien akan diminta untuk memakai celana yang agak ketat.

Sumber :  majalah Ummi No.6/XXII/ Oktober 2010/1431

Sunday, February 19, 2012

Terkena hernia

Dokter, saya gadis 19 th. Saya sangat bingung sekali sebab bibir vagina saya besar sebelah. Menurut dokter yang memeriksa saya katanya saya kena hernia. Apa penyebab penyakit itu? Apakah saya bisa normal kembali? Apa efek samping penyakit itu?

Jawab:

Hernia memang bisa diderita oleh laki-laki maupun perempuan. Hernia terjadi karena ada lubang pada jaringan ikat daerah sela paha ( tentu di dalam ) yang menghubungkan rongga perut dengan daerah kelamin. Karena ada lubang, maka sewaktu-waktu usus bisa turun dari rongga perut, kalau perempuan menuju bibir kemaluan, sedangkan laki-laki umumnya ke kantong zakar.

Gejalanya bibir kemaluan atau kantong zakar akan membesar kalau banyak berdiri, beraktivitas atau mengejan, karena tekanan  pada rongga perut meningkat sehingga usus terdesak keluar melewati lubang tadi. Kalau penderita tiduran, biasanya usus  yang turun tersebut akan masuk kembali ke rongga perut, maka benjolan di daerah kelamin akan hilang, kempes atau normal seperti semula. Jadi benjolan atau besar sebelahnya hilang timbul tidak terus menerus.

Yang berbahaya jika usus yang turun terjepit dan tidak bisa kembali lagi ke rongga perut, merupakan keadaan darurat akut yang bisa membahayakan jiwa, harus dilakukan operasi secepatnya. Kalau memang benar hernia, dokter umumnya menganjurkan operasi penutupan lubang yang merupakan operasi sedang sekitar 15 - 30 menit dengan bius umum. Umumnya hasilnya memuaskan dan tidak membesar lagi. Apakah gejala benjolan nanda hilang timbul seperti yang dipaparkan? Sebaiknya nanda berkonsultasi dengan dokter spesialis bedah umum pencernaan pada rumah sakit umum terdekat.

Sumber : Majalah Ummi no.4/ XVI Agustus- September 2004

Sunday, February 12, 2012

Penyakit Bartholin

Dokter, saya seorang Ibu, 27 tahun, memiliki seorang putri berusia 3 tahun. Di sekitar bibir vagina saya timbul benjolan yang sangat sakit sebesar telur puyuh dan bila meletus mengeluarkan nanah (timbul secara bergantian di bibir sebelah kiri dan kanan). Pada saat itu saya sedang hamil hingga saya hanya ke klinik kandungan. Dari diagnosa dokter saya terkena bartholin dan diberi obat amoxan non flamin serta ponstan tapi tak kunjung sembuh. Benjolan malah semakin keras/ tidak meletus seperti biasanya.

Menjelang melahirkan, timbul satu lagi benjolan di sebelah kiri sehingga saya harus dioperasi caesar karena jalan bayi terhalang kedua benjolan tersebut. Seminggu setelah operasi, dokter meng-insisi bibir vagina sebelah kiri karena telah penuh berisi nanah. Alhamdulillah benjolan di sebelah kiri tidak timbul lagi. Sedangkan benjolan sebelah kanan sudah mengeras dan tidak diinsisi. Dokter menyarankan agar saya berkonsultasi dengan spesialis kulit dan kelamin. Sayangnya saran dokter 3 tahun yang lalu belum juga terlaksana. Di samping kurang biaya, klinik spesialis tsb belum ada di daerah kami. Pertanyaan saya ;

  1.  Apakah penyakit bartholin itu? Apa penyebabnya? Apakah aborsi ala dukun dengan memasukkan batang jarak ke dalam vagina menimbulkan penyakit ini?
  2. Mungkinkah benjolan tersebut sudah menjadi kanker? Untuk dokter ketahui saat ini benjolan yg sudah mengeras itu sudah sebesar telur ayam kampung. Benjolan itu sudah tidak terasa sakit tapi di sekitar pantat dan kaki kanan terasa pegal.
  3. Apakah penyakit saya bisa sembuh dg mengkonsumsi obat saja? Obat apa itu? Apakah obat alternatif yg dokter ketahui?
  4. Di sekitar kemaluan saya juga kadang timbul bintik-bintik berair yg sangat gatal. Apa obatnya dok?
  5. Apakah benjolan tersebut harus dioperasi? Berbahayakah operasi tersebut? Apakah saya bisa benar-benar sembuh? kira-kira berapa biaya operasinya?
  6. Apakah tidak berbahaya melakukan hubungan intim? bolehkah saya hamil lagi?
Jawab:
  1. Penyakit bartholin adalah penyakit pada kelenjar bartholin yang terletak di bibir kemaluan dalam (labia minor). Fungsinya dalam kedaan normal menghasilkan cairan pelumas untuk vagina. Penyakit pada kelenjar bartholin bisa berupa infeksi (peradangan) maupun kista. Biasanya kista terbentuk setelah terjadi infeksi. Penyebab infeksi bartholin umumnya adalah bakteri tertentu. Aborsi oleh dukun dengan cara tidak steril bisa saja meularkan bakteri penyebab infeksi bartholin.
  2. Benjolan yang ibu derita insya Allah bukan kanker melainkan kista yang terjadi sebagai lanjutan dari infeksi yang tidak tuntas penyembuhannya. Kista adalah benjolan, dapat diibaratkan seperti balon yang berisi sel-sel mati, cairan, atau nanah dan darah. Rasa pegal di sekitar bokong dan kaki bisa terjadi karena benjolan kista tersebut menekan saraf.
  3. Kista mempunyai dinding, maka obat-obatan yang diminum maupun dioles sulit masuk. Sukar sembuh bilan hanya dengan obat.
  4. Perkiraan saya dari cerita ibu, mungkin penyakit jamur. Sebaiknya diperiksakan ke dokter. Sementara hindari basah dan lembab pada daerah kelamin.
  5. Kista bartholin sebaiknya dibuang dengan operasi. Insya Allah kalau yg melakukan dokter ahli tidak berbahaya dan bisa sembuh. Coba hubungi dokter spesialis kebidanan dan kandungan di rumah sakit umum pusat terdekat ( di tingkat kabupaten, biasanya selalu ada dokter spesialis ini). Kalau di rumah sakit umum biayanya insya Allah tidak terlalu mahal.
  6. Sebaiknya suami ibu juga diperiksa ke dokter spesialis kulit dan kelamin. Apakah ikut terkena bakteri tsb atau tidak. Kalau tidak ada bakterinya baru aman melakukan hubungan intim. Sementara belum berobat, sebaiknya memakai kondom bila berhubungan suami istri. Kalau di dalam kista masih ada bakteri yang masih hidup, kehamilan bisa membuat penyakit kambuh. Dan bakteri penyebab infeksi bartholin ini dapat menulari bayi di dalam kandungan. Paling parah bisa menyebabkan kebutaan pada mata. Lebih baik diobati dulu sampai sembuh baru ibu hamil lagi.

Sumber : Majalah Ummi No.9/XV Februari - Maret 2004/ 1424

    Saturday, February 4, 2012

    Masalah Keperawanan

    Dokter, sewaktu kecil saya pernah digagahi tetangga lelaki saya. Saat itu saya berusia antara 3-4 tahun. Pertanyaan saya:
    1. Apakah saya masih perawan
    2. Bagaimana caranya mengetahui saya masih perawan atau tidak?

    Jawab:
    1. Perawan atau tidaknya seorang wanita bukan semata-mata ditentukan oleh selaput dara (hymen), tetapi apakah wanita tersebut sudah 'disentuh' laki-laki atau belum. Kalau nanda tetap menjaga kehormatan diri sampai sekarang, maka nanda masih perawan dalam arti luas (peristiwa yang nanda alami waktu kecil bisa dianggap kecelakaan). Tapi kalau nanda menanyakan robek atau tidaknya selaput dara karena peristiwa tersebut, tergantung sampai sejauh mana pemaksaan pada saat itu dan harus dibuktikan dengan pemeriksaan dokter.

    2. Untuk mengetahui utuh tidaknya selaput dara, sebaiknya nanda memeriksakan diri ke dokter spesialis kulit dan kelamin atau dokter spesialis kebidanan dan kandungan, lebih nyaman yang wanita mungkin. Dokter akan memeriksa dengan cara khusus untuk status gadis. Semoga nanda diberi keluasan hati oleh Allah SWT.

    Sumber : Majalah Ummi no.9/XV Februari- Maret 2004

    Thursday, February 2, 2012

    Masalah Keputihan

    Dokter, Nanda punya masalah keputihan. Tadinya Nanda merasa biasa saja dan hanya kadang-kadang saja agak gatal. Tetapi sebentar lagi Nanda nanda insya Allah akan menikah, Nanda khawatir keputihan Nanda itu mengganggu hubungan suami istri. Di vagina nanda kini tumbuh bintik-bintik merah kecil. Bintik-bintik tersebut sedikit demi sedikit mulai menyebar.
    1. Apakah penyakit keputihan Nanda berbahaya?
    2. Bagaimana cara mengatasinya?
    3. Apakah keputihan itu mengganggu hubungan suami istri?
    4. Apakah keputihan itu mengganggu kesuburan?

    Jawab:
    1. Gejala keputihan yang berbahaya dan harus diobati ada 4 :
    a. Jumlahnya berlebihan, sampai membasahi pakaian dalam
    b. Warnanya berubah menjadi kekuningan / kehijauan / seperti santan pecah.
    c. Ada keluhan gatal dan atau nyeri
    d. Berbau busuk / apek / amis

    2. Kalau keputihan Nanda bergejala seperti di atas, sebaiknya segera ke dokter spesialis kulit dan kelamin atau spesialis kebidanan dan kandungan. Dokter akan memeriksa apakah keputihan tersebut penyakit atau normal. Kalau perlu dengan pemeriksaan laboratorium, baru setelah itu diberikan obat yang sesuai.

    3. Keputihan penyakit dapat mengganggu hubungan suami istr. Jenis tertentu malah bisa menular ke suami.

    4. Keputihan penyakit yang disebabkan bakteri / jamur / virus bila tidak diobati bisa menjalar ke rahim dan saluran telur, menyebabkan penyempitan. Kalau saluran telur sempit atau mampat, sel telur yang matang tidak bisa turun ke rahim dan tidak bisa bertemu sel mani untuk dibuahi, dan tidak bisa terjadi kehamilan.

    Sumber : Majalah Ummi no.9/XV Februari-Maret 2004